Mengapa bertanya hal ini?
Beberapa orang berpikir, jika
Allah menghargai ketulusan, tidak akan ada banyak tipu daya di antara orang-orang yang mengaku
menyembah-NYa.
Pikirkanlah: Bayangkan seorang anak yang
menolak didikan yang baik dari ayahnya dan meninggalkan rumah untuk menjlani
kehidupan yang bejat. Meski ayahnya
tidak setujuh, dia membiarkan anaknya memilih hal itu. Patutkah orang lain yang
bertemu dengan anak itu menyimpulkan bahwa anak itu mempunyai ayah yang buruk, atau bahkan tidak punya ayah sama sekali? Tentu
tidak.! Begitu juga dengan kemunafikan dalam agama hanya membuktikan bahwa Allah
membiarkan manusia memilih jalan hidup
nya sendiri.
Apa kata Alkitab: Allah
membenci kemunafikan dalam agama. (Yeremia 7:29-31;32:35) tapi, dia juga mengizinkan manusia untuk
membuat keputusannya sendiri. Banyak yang
mengaku percaya kepada Allah memilih untuk mengikuti ajaran agama dan standar
moral yang mereka buat sendiri.- Matius 15:7-9.
Sebaliknya,
agama yang menyenangkan Allah harus tanpa kemunafikan.
Tuhan Yesus berkata, “Dengan inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah
murid-muridku, jika kamu mempunyai kasih diantara kamu. (Yohanes
13:35) Kasih ini harus “ tanpa kemunafikan” (Roma 12:9) Banyak agama gagal
mengikuti standar itu. Perang suku
Rwanda pada tahun 1994, puluhan ribu orang yang beragama membantai anggota
agama mereka sendiri, hanya karena berbeda suku. Hal
tersebut tidak mencerminkan bahwa agama mengajari seutuhnya kehendak Allah.
Agama yang benar adalah agama yang dibangun diatas dasar kasih
No comments:
Post a Comment