KERAKUSAN: JIKA SEDIKIT BAIK, BANYAK LEBIH BAIK
Dosa
kerakusan adalah pencarian dan pemuasan berlebihan selere-selera tubuh,
terutama makan dan minum. Perhatian untuk tubuh jasmani, rumah Roh Kudus,
adalah suatu disiplin rohani yang penting. Kerakusan melebihi perhatian diri
yang sehat. Kerakusan percaya bahwa jika sedikit adalah baik, banyak selalu
lebih baik. Yang membuat kerakusan adalah dosa yang bukan saja fakta bahwa ia
buruk untuk tubuh tetapi bahwa ia menempatkan selera-selera badani dalam posisi
unggul atas hal-hal baik rohani. Kerakusan menjadikan hal-hal baik yang
dipujikan oleh Pengkhotbah dan menjadikannya suatu berhala.
Kerakusan
mencari dan kecanduan pada kenikmatan. Dalam prosesnya kenikmatan akan menurun,
dan perlu pemuasan lebih besar untuk mencapai kenikmatan yang semula telah
cukup. Keserakahan juga mencari jalur lebih mudah ke kenikmatan. Kenikmatan
yang perlu waktu lebih lama melalui disiplin dan pengedalian diri menjadi sukar
untuk dicari disebanding kenikmatan makan dan
minum yang dapat dicapai dengan lebih langsung.
Banyak
yang bergumul dengan kerakusan dan merasa sulit untuk melawannya, karena ia mulai
sebagai sesuatu yang baik. banyak yang telah melanggar di suatu titik dalam perjalanan
antara menerima kenikmatan pemberian Ellohim melalui makanan yang baik dan
menjadi seorang yang kelebihan berat badan dengan arteri tersumbat. Sayangnya
banyak orang yang tidak cermat memerhatikan garis batas itu. Salah satu moto
diet ialah “ tidak ada yang terasa lebih nikmat daripada menjadi ramping”,
tetapi saya sulit percaya bahwa saya akan menikmati kesehatan di masa depan dan
kebugaran sebanyak saya puas dengan makanan lezat saat ini.
banyak oarang sering berpuasa sehari tiap minggu dan tidak memakan berlebih sepanjang enam
minggu. Tiap kali mereka melakukan ini, mereka gembira dengan pengalaman bagaimana
makanan mulai mengambil tempat yang tepat dalam kehidupan mereka sebagai hal baik
untuk dinikmati secara tidak berlebihan. Tiap kali juga mereka sedih karena
begitu cepat mereka kembali ke kebiasaan rakus . mereka dapat mendisiplin diri untuk enam minggu sebagai pemabarian kepada Elohim. Entah bagaimana mereka tidak berhasil melanjutkan pemberian diri kepada Elohim dan kepada diri mereka ini dalam jangka waktu panjang.
Kerakusan
tidak saja menyangkut kenikmatan. Ia juga menyangkut pelarian. Kenikmatan
sering digunkan untuk mematikan perasaan
atau paling tidak mengimbangi kepedihan.
Meski sebagian orang tersandung pada minuman keras atau narkoba hanya
untuk menikmati hidup, kebanyakan orang menjadi teradiksi kepada substansi
karena ada sesuatu yang berarti yang ingin mereka hindari. Adiksi itu sendiri
menumpuk lebih banyak kepedihan dan tidak dihadapi, sehingga libatannya menjadi
tambah parah. Kebergantungan jasmani hanya memperdalam masalah.
Seperti
halnya alkohol atau narkoba, makanan dapat
menjadi cara untuk mengelak dari kepedihan. “ makanlah, minumlah dan
bergembiralah,” penulis Pengkhotbah berkata. Ketika hidup tidak menyediakan
ganjaran yang Anda rasa layak diterima, makanan selalu menjadi ganjaran yang
dapat Anda berikan kepada diri Anda. Mencari kenikmatan secara berlebihan menyediakan pelarian cepat dari kepedihan. Sebagian makanan
malah memompa kadar serotonin dan endorphin dalam otak, menambah kobaran api
adiksi. Ketika kenikmatan usai, kepedihan masih ada menanti.
Ketika
kerakusan ditemani dengan kemalasan, kosekuensi kesehatan menjadi parah.
Rencana diet berlimpah, di samping metode jelas untuk mengurangi makan dan
berolahraga lebih banyak. Cara terbaik untuk mendapat uang mudah ialah dengan
memperkenalkan temuan mudah bagaimana mengendalikan berat badan. Mengganti satu
dosa dengan dosa lain, iklan-iklan rencana diet lebih merangsang ke
kesia-siaan, iri dan hawa nafsu daripada ke janji kesehatan yang lebih baik.
Dosa
meliputi pengarahan sesuatu yang baik ke penggunaan yang melanggar maksud Elohim untuknya. Kerakusan, kemarahan, iri dan kesombongan,
semua ini adalah dosa-dosa klasik yang menyalahgunakan maksud-maksud baik Elohim Pencipta kita. Berikutnya kita akan memeriksa dosa hawa
nafsu, keserakahan, kemalasan dan ketakutan.
Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, kerena tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum dan bersukaria. Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang diberikan Allah kepadanya di bawah matahari (Pkh 8:15).